Rabu, 19 Oktober 2011

ASUHAN KEPERAWATAN TBC


1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien (  Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah sebagai berikut:
a.       Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), demam, menggigil.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b.      Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
c.       Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d.      Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
e.       Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
f.       Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
g.      Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

2.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah.

Kriteria hasil :
·         Mempertahankan jalan nafas pasien
·         Mengeluarkan sekret tanpa bantuan



Intervensi :
·         Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi nafas, kecepatan, irama,  kedalaman dan penggunaan otot aksesori
·         Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum, adanya emoptisis
·         Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
·         Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
·         Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan

Rasionalisasi :
·         Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis
·         Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
·         Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan
·         Mencegah obstruksi / aspirasi

2.    Pertukaran gas, kerusakan dan resiko.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum meningkat.

Kriteria hasil :
·         BB meningkat

Intervensi :
·         Catat status nutrisi pasien
·         Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tidak disukai
·         Berikan makanan sedikit tapi sering
·         Anjurkan keluarga klien untuk membawa makanan dari rumah dan berikan pada klien kecuali kontra indikasi
·         Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasionalisasi :
·         Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
·         Pertimbangan keinginan dapat memperbaiki masukan diet
·         Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
·         Membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural
3.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
Kriteria hasil :
·         Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan

Intervensi :
·         Kaji kemampuan pasien untuk belajar
·         Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
·         Berikan instruksi dan informasi tertulis
·         Anjurkan klien untuk tidak merokok
·         Kaji bagaimana TB ditularkan

Rasionalisasi :
·         Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
·         Dapat menunjukkan kemajuan atu pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut
·         Infomasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
·         Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan

4.    Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

Kriteria hasil :
·         Menurunkan resiko penyebaran infeksi

Intervensi :
·         Kaji patologi penyakit
·         Identifikasi orang lain yang berisiko
·         Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah
·         Kaji tindakan kontrol infeksi
·         Awasi suhu sesuai indikasi
·         Kolaborasi dengan tim medis

Rasionalisasi :
·         Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan
·         Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran / terjadinya infeksi
·         Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien
·         Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
·         Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi

referensi : 

Doengoes,  Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

http://sely-biru.blogspot.com/2010/08/laporan-pendahuluan-askep-tuberculosis.html

LAPORAN PENDAHULUAN TBC

A.   DEFINSI
Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosa tipe humanus ( jarang oleh tipe M. Bovinus). TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer (ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). (ilmu penyakit paru, muhammad Amin).
Tb paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.
B.   ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan-tahan dalam lemari es).
C.   PROSES PENULARAN
Tuberculosis tergolong airbone disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi didalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam.

D.   ANATOMI FISIOLOGI




E.   PATOFISIOLOGI
Port de’entri kuman microbakterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus  atau paru-paru atau dibagian atas lobus bawah atau paru-paru tau dibagian bawah atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh denagn sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitolit yang dikelilingi leh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 10 hari.

F.   MANIFESTASI KLINIS
·         Batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu
·         Sesak napas dan nyeri dada
·         Badan lemah, kurang enak badan
·         Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat badan menurun  (Penyakit infeksi TB paru dan ekstra paru, Misnadiarly)

G.   JENIS-JENIS PENYAKIT TBC
Penyakit tuberkulosis ( TBC ) terdiri atas 2 golongan besar,yaitu :
1.    TB paru ( TB pada organ patu-paru )
2.    TB ekstra paru (TB pada organ tubuh selain paru )
a.    Tuberkulosis milier
b.    Tuberkulosis sistem saraf pusat ( TB neningitis )
c.    Tuberkulosis empyem dan Bronchopleural fistula
d.    Tuberkulosis Pericarditis
e.    Tuberkulosis Skelet / Tulang
f.     Tuberkulosis Benitourinary / Saluran Kemih
g.    Tuberkulosis Peritonitis
h.    Tuberkulosis Gastriontestinal (Organ Cerna)
i.     Tuberkulosis Iymphadenitis
j.     Tuberkulosis Catan / Kulit
k.    Tuberkulosis Laringitis
l.     Tuberkulosis Otitis
                                                                                                         
H.   KOMPLIKASI
1.    Pembesaran kelenjar sevikalis yang superfisial
2.    Pleuritis tuberkulosa
3.    Efusi pleura
4.    Tuberkulosa milier
5.    Meningitis tuberkulosa

I.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Kultur Sputum adalah Mikobakterium Tuberkulosis Positif pada tahap akhir penyakit
2.    Tes Tuberkalin adalah Mantolix test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam)
3.    Poto Thorak adalah Infiltrasi lesi awal pada area paru atas : pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas : pada kavitas bayangan, berupa cincin : pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.




4.    Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena Tb paru
5.    Darah adalah peningkatan leukosit dan laju Endap darah (LED)
6.    Spirometri adalah Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun

J.    PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu : Fase Intensif (2-3 bulan) dan Fase Lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat, derivat rifampisin / INH.




Rabu, 12 Oktober 2011

Power Point PPOM

ASKEP ASMA BRONKIALIS

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan yang lalu
  • Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
  • Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/faktor lingkungan.
  • Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
  • Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
  • Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Tidur dalam posisi duduk tinggi.
3. Pernapasan
  • Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
  • Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
  • Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.
  • Adanya bunyi napas mengi.
  • Adanya batuk berulang.
4. Sirkulasi
  • Adanya peningkatan tekanan darah.
  • Adanya peningkatan frekuensi jantung.
  • Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
  • Kemerahan atau berkeringat.
5. Integritas ego
  • Ansietas
  • Ketakutan
  • Peka rangsangan
  • Gelisah
6. Asupan nutrisi
  • Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
  • Penurunan berat badan karena anoreksia.
7. Hubungan sosial
  • Keterbatasan mobilitas fisik.
  • Susah bicara atau bicara terbata-bata.
  • Adanya ketergantungan pada orang lain.
8. Seksualitas
  • Penurunan libido


B. Diagnosa Keperawatan
  1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.
  2. Malnutrisi b/d anoreksia.
  3. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (spasme bronkus).
  4. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d imunitas yang tidak adekuat.
  5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi; salah mengerti.


C. Intervensi, Rasional, dan Kriteria Hasil
Dx. Kep 1: Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.
Intervensi :
  • Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi.
  • Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
  • Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.
  • Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada sandara tempat tidur
  • Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll.
  • Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung memberikan air hangat.
  • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi bronkodilator .
Rasional :
  • Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya nafas advertisius.
  • Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut.
  • Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
  • Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
  • Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger episode akut.
  • Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
  • Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.
Kriteria Hasil: Klien mampu mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan jelas.

Dx. Kep2: Malnutrisi b/d anoreksia
Intervensi :
  • Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kerusakan makanan.
  • Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.
  • Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
Rasional:
  • Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dipsnea.
  • Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual/muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
  • Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi untuk makan, meningkatkan masukan.
Kriteria Hasil: Klien menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.

Dx. Kep 3: Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (spasme bronkus).
Intervensi:
  • Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa.
  • Palpasi fremitus
  • Awasi tanda vital dan irama jantung
  • Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien.
Rasional:
  • Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasi kan beratnya hipoksemia.
  • Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumplan cairan/udara.
  • Tachicardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
  • Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.
Kriteria Hasil: Adanya perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan edukuat.

Dx. Kep 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.
Intervensi:
  • Awasi suhu.
  • Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat.
  • Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram, kultur/sensitifitas (kolaborasi).
Rasional:
  • Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.
  • Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
  • Untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan terhadap berbagai anti microbial.
Kriteria Hasil:
  • Teridentifikasinya intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
  • Adanya Perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.

Dx. Kep 5: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.
Intervensi:
  • Jelaskan tentang penyakit individu.
  • Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
  • Tunjukkan tehnik penggunaan inhaler.
Rasional:
  • Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
  • Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan merugikan.
  • Pemberian obat yang tepat meningkatkan keefektifanya.
Kriteria Hasil: Klien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.



Daftar Pustaka
  1. Price, Sylvia A, Patofisiologi. EGC. Jakarta, 2006.
  2. Vitahealth, Asma, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006.
  3. Smeltzer, Suzanne C, Keperawatan Medikal-Bedah, EGC. Jakarta, 2002.
  4. http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf
  5. http://dokterthesa.wordpress.com/category/asma-bronkial/

ASKEP BRONKITIS KRONIS

1. Pemeriksaan fisik

Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang – kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda – tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang – kadang disertai kontraksi otot – otot pernafasan tambahan.

2. Pemeriksaan diagnostik

- Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menparu. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.
Corak paru bertambah

- Pemeriksaan fungsi paru
VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun.
KV (kapasitas vital) : menurun (normal   3,1 liter,   4,8 liter).
VR (volume residu) : bertambah (normal   1,1 liter,   1,2 liter).
KTP (kapasitas total paru) : normal (normal  4,2 liter,  6,0 liter).
KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau normal (normal   1,8 liter,   2,2 liter).
Analisa gas darah
Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
Eritropoesis bertambah.
Penganganan
Tindakan suportif
Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :
Menghindari merokok
Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.
Nutrisi yang baik.
Hidrasi yang adekuat.
Terapi khusus (pengobatan).
Bronchodilator
Antimikroba
Kortikosteroid
Terapi pernafasan
Terapi aerosol
Terapi oksigen
Penyesuaian fisik
Latihan relaksasi
Meditasi
Menahan nafas
Rehabilitasi
Prognosis
Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik waktu berobat.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengkajian.
Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :
Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
Ketidakmampuan untuk tidur.
Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda : Keletihan
Gelisah, insomnia.
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.
Distensi vena leher.
Edema dependent
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
Pucat, dapat menunjukkan anemi.
Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah.
Nafsu makan buruk/anoreksia
Ketidakmampuan untuk makan
Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.
Penurunan berat badan, palpitasi abdomen
Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Episode batuk hilang timbul.
Tanda : Pernafasan biasa cepat.
Penggunaan otot bantu pernafasan
Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas ronchi
Perkusi hyperresonan pada area paru.
Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi.
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
Interaksi sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
Pemeriksaan diagnostik :
Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
TLC : Meningkat
Volume residu : Meningkat.
FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.
GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa.
Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.
EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.
Diagnosa keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.
Perencanaan Keperawatan

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan :
Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.
Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.
Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan
Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Rencana Tindakan:
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.
Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi
Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
Awasi GDA
Rasional : PaCO­2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.
Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
Rencana Tindakan:
Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
Konsul ahli gizi
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Rencana Tindakan:
Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
Rasional : mencegah penyebaran patogen.
Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.
Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran
Rencana tindakan:
Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.
Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
Rencana tindakan:
Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.
Berikan dorongan emosional.
Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami.
Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakan
Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
Beri dorongan spiritual
Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah
Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Intervensi :
Jelaskan proses penyakit individu
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.
Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas
Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau.
Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.
Impelementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
Evaluasi.

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)

Sumber:
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta.

.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-bronkitis/